A. Pemecahan
Masalah
Istilah
pemecahan masalah mengingatkan pada perbaikan hal-hal yang salah. Masalah
adalah suatu kondisi yang memiliki potensi untuk menimbulkan kerugian luar
biasa atau menghasilkan keuntungan luar biasa. Pemecahan masalah adalah tindakan
memberi respon terhadap masalah untuk menekan akibat buruknya atau memanfaatkan
peluang keuntungannya.
1.
Pentingnya
Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah mungkin hanya merupakan
bagian kecil dari waktu manajer. Namun, pentingnya pemecahan masalah bukan
didasarkan pada jumlah waktu yang dihabiskan tetapi pada konsekuensinya. Satu
set keputusan untuk memecahkan suatu masalah mungkin hanya membutuhkan sedikit
jam namun dapat mempengaruhi laba perusahaan.
2.
Pembuatan
Keputusan dan Pemecahan Masalah
Manajer membuat keputusan untuk memecahkan
masalah. Keputusan adalah seleksi dari strategi atau tindakan. Pembuatan
keputusan adalah tindakan penyeleksian strategi atau tindakan yang diyakini
oleh pembuat keputusan akan memberikan pemecahan yang terbaik terhadap masalah.
Ada beberapa strategi atau tindakan yang dapat dipertimbangkan oleh manajer
dalam membuat keputusan. Salah satu kunci untuk memecahkan masalah adalah
pengidentifikasian pilihan atau alternatif keputusan.
3.
Elemen
Dalam Proses Pemecahan Masalah
Elemen pemecahan masalah yaitu manajer,
standar, dan informasi. Pemecahan terhadap masalah tersebut harus memberikan
kemampuan terbaik kepada sistem untuk dapat mencapai tujuannya, sebagaimana
yang ditentukan dalam standar penampilan. Oleh karena itu standar harus
ditentukan dengan jelas. Standar ini menjelaskan keadaan yang diinginkan, yaitu
apa yang harus dicapai oleh sistem. Selanjutnya manajer harus mempunyai
informasi yang menjelaskan keadaan saat itu, yaitu apa yang dicapai sistem
sekarang. Jika keadaan saat itu dan keadaan yang diinginkan sama, maka tidak
ada masalah dan manajer tidak mengambil tindakan apa-apa. Jika kedua keadaan
tersebut berbeda maka ada beberapa masalah yang menjadi penyebabnya dan harus
dipecahkan.
Perbedaan antara keadaan saat itu dan keadaan
yang diinginkan menunjukkan kriteria pemecahan, yaitu apa yang akan dilakukan
untuk membuat keadaan pada saat itu menjadi keadaan yang diinginkan. Bila
keadaan pada saat itu mencapai tingkat penampilan yang lebih tinggi dari
keadaan yang diinginkan, maka tugas manajer bukannya membawa keadaan pada saat
itu pada jalur yang sama. Namun, menjaga keadaan pada saat itu berada pada
tingkat yang tinggi. Jika tingkat penampilan yang lebih tinggi lagi dapat
dicapai, maka keadaan yang diinginkan harus dinaikkan. Jika terjadi salah
langkah dalam proses pemecahan masalah maka tanggung jawab manajer untuk
mengidentifikasi pemecahan pengganti dan untuk mengevaluasi masing-masing.
Didalam mengidentifikasi manajer dapat menggunakan sistem informasi seperti
input dari orang lain dalam organisasi maupun diluar organisasi. Bila pilihan
telah ditentukan sistem informasi dapat digunakan untuk mengevaluasi
masing-masing pilihan tesebut. Evaluasi ini harus mempertimbangkan kemungkinan
adanya hambatan yang bersifat internal maupun lingkungan, hambatan internal
berupa terbatasnya sumber, sedangkan hambatan lingkungan berupa tekanan dari
berbagai elemen lingkungan yang berlaku aneh atau tidak berlaku sama sekali.
Hambatan yang dilakukan oleh pesaing, pemasok, dan pemegang saham dapat
membatasi adanya pilihan tertentu. Bila semua elemen ini ada dan dipahami oeh
manajer maka dimungkinkan terjadinya pemecahan terhadap masalah.
4.
Masalah
dan Gejala
Gejala adalah kondisi yang dihasilkan oleh masalah.
Manajer lebih sering melihat gejala daripada masalah.gejala menyerupai puncak
gunung es dimana manajer harus melihat kebawah gejala tersebut agar dapat
melihat penyebab masalah yang sebenarnya. Ketika manajer menemukan adanya
gejala, seperti keuntungan yang rendah. Sesuatu telah menyebabkan rendahnya
keuntungan. Masalahnya adalah penyebab keuntungan yang rendah.
5.
Struktur
Masalah
Ada beberapa jenis struktur masalah, yaitu :
a.
Masalah
terstruktur adalah masalah yang terdiri dari elemen-elemen dan hubungan-hubungan
antar elemen yang semuanya dipahami oleh pemecah masalah.
b.
Masalah
tak terstruktur berisi elemen-elemen atau hubungan-hubungan antar elemen yang
tidak dipahami oleh pemecah masalah.
c.
Masalah
semi-terstruktur adalah masalah yang berisi sebagian elemen-elemen atau
hubungan yang dimengerti oleh pemecah masalah.
B. Pendekatan
Sistem
Proses pemecahan masalah yang sistematik ini
dicetuskan oleh John Dewey, seorang profesor filsafat dari columbia University,
sekitar awal abad ini. Pada tahun 1990 ia mengemukakan 3 pendapat atau
keputusan yang dilibatkan dalam pemecahan perdebata secara adil.
a.
Mengetahui
perdebatan tersebut
b.
Mempertimbangkan
tuntutan alternatif
c.
Membuat
keputusan
Dewey
tidak menggunakan istilah pendekatan sistem, namun ia mengetahui urutan dasar
dalam pemecahan masalah, yaitu dimulai dengan adanya masalah, mempertimbangkan
pemecahan pilihan, dan memilih pemecahan yang terbaik.
Selama
akhir tahun 1960an dan awal 1970an, minat terhadap pemecahan masalah yang
sistematik mencapai puncaknya. Perusahaan komputer, ilmuan manajemen dan
spesialis informasi mencari cara penggunaan komputer untuk memecahkan masalah
yang dihadapi manajer. Kerangka yang dianjurkan bagi pengguna komputer dikenal
sebagai pendekatan sistem yaitu rangkaian langkah pemecahan masalah yang
memastikan bahwa pertamakali masalah dapat diketahui, pertimbangan pemecahan
pilihan dan bentuk pemecahan yang terpilih tersebut.
1.
Pendekatan
Sistem, Pemecahan Masalah, dan Pembuatan Keputusan
Langkah pendekatan sistem memberikan cara yang
baik dalam mengkategorisasikan keputusan yang harus dibuat. Tiap-tiap langkah
usaha definisi dan usaha pemecahan paling sedikit membutuhkan satu keputusan.
2.
Pendekatan
sistem dan CBIS
Sistem informasi
berbasis komputer atau CBIS dapat digunakan sebagai sistem pendukung saat
menerapkan pendekatan sistem. Sub sistem CBIS, seperti sistem pendukung
keputusan, sistem pakar, atau aplikasi otomatisasi kantor dapat mendukung tiap
keputusan. Subsistem CBIS juga mungkin untuk mendukung berapa keputusan, yang
semuanya mungkin diperukan untuk memecahkan masalah. Pendekatan sistem
bertindak sebagai jembatan antara masalah dan CBIS, yang memberikan kerangka
untuk berbagai keputusan.
C. Langkah
Pendekatan Sistem
Kita
menggunakan 10 langkah yang dikelompokkan dalam 3 fase. Tiap fase terdiri atas
jenis usaha khusus yang harus dijalani oleh pemecah masalah, yaitu usaha
persiapan, usaha definisi, dan usaha pemecahan.
Usaha
persiapan menyiapkan manajer dalam pemecahan masalah dengan memberikan
orientasi sistem. Usaha definisi terdiri atas pengidentifikasian masalah yang
akan dipecahkan dan kemudian memahaminya. Usaha pemecahan mencakup
pengidentifikasian pemecahan pilihan, pengevaluasiannya, pemilihan pemecahan
yang dilihat paling baik, implementasinya, dan aktivitas lanjutan untuk
memastikan bahwa masalah telah dipecahkan.
1.
Usaha persiapan
Tiga langkah persiapan tidak harus
dilaksanakan secara berurutan, karena ketiganya bersama-sama menghasilkan
kerangka pikir yang diinginkan untuk menangani masalah.
Berikut ini adalah langkah-langkah usaha
persiapan :
a.
Melihat
perusahaan sebagai sebuah sistem
Manajer harus dapat melihat perusahaannya
sebagai sebuah sistem. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan model sistem
umum. Manajer harus dapat melihat sejauh mana perusahaan cocok dengan model
tersebut.
b.
Memahami
sistem lingkungan
Hubungan perusahan dengan lingkungannya juga
penting. Lingkungan mewakili sistem yang lebih besar. Disini perusahaan
merupakan sub sistemnya. Lingkungan memerlukan produk atau pelayann tertentu,
dah hal inilah yang menjaadi alasan keberadaan perusahaan. Lingkungan jug
menyediakan semua sumber yang dibutuhkan oleh perusahaan, yang digunakan untuk
menghasilkan produk dan pelayanan. Oleh karena itu, perusahaan diciptakan dari
lingkungan dengan tujuan melayani lingkungan tersebut. Sistem lingkungan
terdiri atas dalapan elemen yang ada dalam sistem yang lebih besar, yang
disebut masyarakat. tiap elemen ini bisa berupa organisasi atau perorangan dan
mereka dihubungkan ke perusahaan dengan arus sumber. Gambar dibawah ini
menunjukan perusahaan dalam konteks lingkungannnya.
Pemasok (penjual) memasok bahan yang
digunakan oleh perusaaahan untuk memproduksi banrang dan jasa. Barang dan jasa
dipasarkan kepelanggan perusahaan, yang terdiri dari perorangan dan organisasi.
Tenaga kerja mengacu kepada seluruh kelompok pekerja yang potensial. Lembaga
keuangan memberikan sumber keuangan bagi perusahaan. Pemegang saham (pemilik)
adalah orang ang menginvestasikan uangnya diperusahaan tersebut dan mewakili
tingkat manajemen tertinggi. Pada perusahaan korporasi, dewan direktur hanya
memmpertanggung jawabkan perusahaan kepada pemegang saham. Pada perusahaan yang
kepemilikannya bersifat pribadi, pemilik dan partnerlah yang memutuskan.
Pesaing meliputi semua perusahaan yang bersaing dengannya dalam pasar yang
sama. Sekarang ini, masyarakat lokal
dianggap mempunyai peranan yang lebih besar dalam sistem lingkungan ini.
Perusahaan menunjukkan tanggung jawabnya kepada masyarakat loka ini dengan
digunakannya peralatan anti polusi, mentaati sistem keselamatan kerja, dan
mendukung adanya progam hibah dan kepentingan umum.
c.
Mengidentifikasi
subsistem perusahaan
Subsistem-subsistem utama perusahaan juga
perlu diidentifikasi, dan subsistem tersebut dapat mengambil beberapa bentuk.
Yang paling mudah dilihat manajer adalah area-area fungsional. Masing-masing
dapat dilihat sebagai suatu sistem tersendiri.
Manajer dapat juga melihat tingkat-tingkat
manajemen sebagai subsistem. Manajemen puncak membuat keputusan yang mengalir
turun melalui seluruh organisasi. Perusahaan membuat produk dan jasa pada
tingkat bawah, dan informasi yang menggambarkan aktifitas tersebut mengalir
naik melalui seluruh organisasi. Tanpa arus informasi manajemen tingkat atas
terpotong dari sistem fisik perusahaan.
Manajer dapat juga menggunakan arus sumber
daya sebagai dasar membagi perusahaan menjadi subsistem-subsistem. Bentuk
fungsional dari organisasi menerapkan hal ini hingga suatu tingkat tertentu.
Fungsi keuangan mengkhususkan diri pada arus uang, dan fungsi sumber daya
manusia mengkhususkan diri pada arus personalia. Sebagian perusahaan manufaktur
telah menambah satu fungsi manjemen material tersendiri untuk menangani arus
material yang melalui fungsi manufaktur dan pemasaran. Tetapi, manajer harus
melihat melampaui struktur fungsional agar dapat mengisolasi semua arus.
Jika seorang manajer dapat melihat perusahaan
sebagai suatu sistem yang terdiri dari subsistem, dan sistem itu berada dalam
suatu lingkunagan, maka orientasi sistem telah tercapai. Manajer telah
menyelesaikan usaha persiapan dan siap untu menggunakan pendekatan sistem dalam
pemecahan masalah.
2.
Usaha
definisi
Usaha definisi adalah, pertama kali menyadari bahwa suatu masalah
ada atau akan ada (identifikasi masalah) dan kemudian memahaminya sebaik
mungkin untuk menciptakan pemecahan (pemahaman masalah). Istilah definisi
masalah dan analisis yang paling dikenal, dan mintzberg menamainya dengan
diagnosis.pada fase kedua dari pendekatan sistem ini, akan dijelaskan dua
prosedur yang mungkin dapat diikuti untuk mendefinisikan masalah.
Pemecahan masalah ditandai atau diawali dengan adanya sesuatu yang
berjalan lebih baik atau lebih buruk dari pada yang direncanakan sebelumnya.
Tanda ini disebut picu masalah.
a.
Memproses
dari tingkat sistem ke subsistem
Analisis harus
dimulai dengan sistem yang jadi tanggung jawab manajer, kemudian memproses
sistem menurut hirarkinya, yaitu tingkat demi tingkat.
Pertama yang
dilakukan seorang manajer ialah harus mempelajari posisi sistem dalam
hubungannya dan lingkungannya. Selanjutnya, manajer menganalisis sistem
berkenaan dengan subsistemya. Tujuan analisis adalah untuk mengidentifikasi
tingkatan sistem, tempat penyebab masalah beranda. Dan sebelum melanjutkan ke
langkah selanjutnya hendaknya menetapkan perjanjian terlebih dahulu.
b.
Menganalisis
bagian sistem dalam urutan tertentu
Tiap manajer
mempelajari tiap elemen dari sistemnya secara urut, diantara elemen dari
sistemnya antara lain :
1)
Mengevaluasi
standart
Standar kinerja
suatu sistem biasanya dinyatakan dalam bentuk rencana, anggaran, dan kuota.
Manajemen menetapkan standart dan harus memastikan standart itu memiliki
karakteristik tertentu, antar lain :
a)
Standar harus
sah (valid)
b)
Standar harus
realistis
c)
Standar harus
dimengerti
d)
Standar harus
terukur
2)
Membandingkan
output dengan standart
Jika manajer
telah setuju dengan standart yang ditentukan, selanjutnya ia mengevaluasi
output sistem dengan membandingkannya dengan standart.
Jika sistem itu
sesuai standar, maka tidak perlu melakukan pendekatan sistem untuk pemecahan
masalah karena tidak ada masalah yang perlu dipecahkan, namun ia harus
melakukan revaluasi terhadap standart yang dipandang dari sudut penampilan yang
baik pada saat ini. Mungkin standart
tersebut harus ditingkatkan.
Jika sistem
tidak sesuai standartnya, maka manajer mengidentifikasi penyebabnya dan ada
masalah yang harus dipecahkan. Elemen elemen sistem yang ada mungkin merupakan letak dari masalah tersebut.
3)
Mengevaluasi
manajemen
Kualitas team
manajemen juga harus diperiksa, karena penilaian yang tepat terbuat dari manajemen
sistem.
Dimana kualitas
team yang tidak memuaskan dapat dilihat dari kesalahan keputusan, biaya yang
membengkak, dan tingginya frekuensi keluar masuknya karyawan. Pengetahuan yang
baik mengenai teori manajemen akan berguna dalam menganalisis.
4)
Mengevaluasi
pemroses informasi
Jika suatu team
tidak mendapatkan informasi yang dibutuhkan, mungkin saja manajer tidak ada
waktu untuk mencurahkan pada pemproses informasinya. Atau karena hal yang lain
telah berjalan dengan baik sehingga pemroses informasi disisihkan. Tidak adanya
pengadaan pemroses informasi lebih mudah dipecahkan persoalannya dibanding
dengan buruknya suatu manajemen.
5)
Mengevaluasi
sumber input perusahaan
Ketika tingkat
analisis sistem tercapai maka, sistem konseptual tidak lagi merupakan persoalan
dan permaslah berada pada sistem fisik. Suatu analisis dibuat mengenai sumber
daya fisik dan elemen input maupun sumber daya yang mengalir dari elemen
tersebut dari lingkungan.
6)
Mengevaluasi
proses transformasi
Prosedur dan
praktek yang tidak efisien mungkin menyebabkan kesulitan dalam mengubah input
menjadi output. Contoh modern dari usaha untuk memecahkan masalah transformasi
adalah penggunaan robot.
3.
Usaha
pemecahan
a.
Mengidentifikasi
pemecahan pengganti
Manajer mengidentifikasi bermacam-macam cara
untuk memecahkan permasalahan yang sama. Hal ini lebih mudah bagi manajer
berpengalaman, yang dapat menerapkan solusi-solusi yang telah berhasil di masa
lalu, tetapi kreativitas dan intuisi juga berperan penting.
Manajer jarang berusaha memecahkan
masalah sendirian tetapi menerima bantuan dari manjer lain. Para pemecah
masalah sering terlibat dalam tukar pikiran (brainstorming), suatu kegiatan
informal yang para anggotanya mengungkapkan pandangan mereka, lalu
didiskusikan. Pendekatan yang lebih formal disebut sesi JAD. JAD merupakan
singkatan join application design (rancangan aplikasi bersama) dan merupakan
pendekatan sistem pendukung keputusan secara berkelompok (group decision
support sistem) untuk memecahkan masalah. Diskusi kelompok diarahkan oleh
seorang pemimpin, dan dicatat secara tertulis oleh juru tulis.
b.
Mengevaluasi
pemecahan pengganti
Semua alternatif harus dievaluasi dengan
menggunakan criteria evaluasi yang sama, yang mengukur seberapa baik suatu alternatif
dapat memecahkan masalah. Walau criteria evaluasi dapat menyediakan banyak
jalan menuju solusi masalah, ukuran dasarnya adalah seberapa jauh suatu alternatif
memampukan sistem untuk mencapai tujuannya keuntungan dan kerugian dari tiap alternatif
perlu dipertimbangkan.
c.
Menentukan
pemecaha yang terbaik
Setelah
mengevaluasi berbagai alternatif, selajutnya perlu memilih satu alternatif yang
tampak terbaik. Mintzberg mengemukakan tiga cara yang dapat dilakukan manajer
dalam menentukan pilihan yang baik :
1)
Analisis
: evaluasi pilihan yang sistematik, dengan mempertimbang- kan akibatnya pada
tujuan organisasi.
2)
Keputusan
atau ketetapan : proses mental dari seorang manajer.
3)
Penawaran
: negosiasi antara beberapa manajer
d.
Menerapkan
pemecahan
Masalah
tidak dapat hanya dipecahkan dengan penentuan atau pemilihan pemecahan yang
terbaik. Pemecaha tersebut perlu diterapkan.
e.
Tindak
lanjut untuk memastikan bahwa pemecahan tersebut efektif
Manajer
harus melakukan indak lanjut untuk memastikan bahwa pemecahan dapat mencapai
penampiln yang direncanakan. Mungkin pemecahan tersebut diharapkan dapat
menurunkan biaya operasi, namun penurunan ini tidak pernah dialami. Maka,
kemudian kita perlu mencari penyebabnya. Oleh karena iu, manajer harus tetap
dengan pemecahan tersebut sampai dapat dipastikan bahwa masala dapat
dipecahkan.
D. Faktor
Manusia Yang Mempengaruhi Pemecahan Masalah
Tiap manajer mempunyai pemecahan masalah yang
berbeda. Tiga dimensi dari cara (style) itu dapat ntuk mengklasifikasikan
manajer menurut perbedaan perorangnya. Dimensi ini mempunyaikaitan dengan
penangkapan masalah, pengumpulan informasi, dan penggunaan informasi.
1.
Penangkapan
masalah
Manajer
dapat dibagi menjadi tiga kategori dalam hal cara penangkapan masalah, yaitu
cara mereka dalam menghadapi masalah.
a.
Penghindar
masalah. Manajer melakukan sikap positif dan menganggap segala sesuatunya
berjalan dengan baik. Usaha dilakukan untuk menutup atau tidak menampilkan
kemungkinan adanya masalah dengan cara mengabaikan informasi atau menghindari
perencanaan yng teliti.
b.
Pemecah
masalah. Manajer tidak mencari masalah dan tidak menutup adanya masalah yang
mncul. Jika masalah muncul, ia akan menyelesaikannya.
c.
Pencari
masalah. Ia merupakan manajer yang agresif.
2.
Pengumpulan
informasi
Manajer
dapat melakukan satu dari dua cara pengumpulan informasi, yaitu mengenai
sikapnya terhadap volume keseluruhan informasi yang ada padanya.
a.
Cara
memerintah. Manajer melakukan manajemen degan pengecualian dan menampilkan
segala sesuatu yang tidak sesuai dengan kriteria tertentu, seperti relevansinya
dengan wilayah taggung jawabnya.
b.
Cara
menerima. Manajer ingin melihat segala sesuatu dan kemudian menentukan apakah
ia kan berguna bagi dirinya sendiri, atau berguna bagi orang lain dalam
organisasi.
3.
Penggunaan
informasi
Manajer
juga cenderung untuk menggunakan satu dari dua cara penggunaan informasi, yaitu
cara ia menggunakan informasi untuk memecahkan masalah.
a. Cara
sistematik. Manajer memberikan perhatian khusus untuk mengikuti metode
pemecahan masalah yang telah ditentukan, seperti pendekatan sistem.
b. Cara
intuitif. Manajer tidak menggunakan suatu metode tertentu, namn ia menyesuaikan
pedekatan dengan situasi yang ada.
No comments:
Post a Comment